Dalam kotbahnya di ekaristi pemakaman Mgr. Vincentius Sensi Potokota di Gereja Paroki Katedral Kristus Raja Ende, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, seakan menghidupkan kembali spiritualitas kasih yang telah ditunjukkan oleh Mgr. Sensi semasa hidupnya.
Di mata Mgr. Antonius, Mgr. Sensi merupakan sosok sang gembala yang tak pernah menampilkan wajah yang marah. Meski ada sesama imamnya yang baku marah, namun itu tidak dengan Mgr. Sensi. Ada aura damai sejahtera yang terpancar dari wajahnya.
“Ia merupakan sosok Bapak yang memiliki aura damai sejahtera penuh belas kasih. Sabar rendah hati, tidak pernah marah. Kalau ada yang dimarah itu keterlaluan,” tegas Mgr. Antonius yang adalah Uskup Keuskupan Bandung. Ia hadirkan Tuhan yang penuh belas kasih kepada siapapun. Hidupnya merupakan rangkuman kisah kasih dan damai sejahtera yang luar biasa. Ketika ia datang melayani umatnya ia hadirkan kasih Bapa dan Putera Yesus di tengah umatnya. Ia dekat dengan umatnya, rela berbau domba dan menghadirkan aura damai sejahtera di tengah kesusahan dan kedukaan hidup umatnya.
Meski ia tak berdaya karena sakit nyerih yang luar biasa namun ia tetap senyum. Ia selalu membawa kabar baik kepada siapapun meski dalam keadaan sakit, demikian kesaksian Mgr. Antonius yang di hari-hari terakhir sebelum kepergian Mgr. Sensi senantiasa ada bersama Beliau bersama Mgr. Siprianus Hormat, Uskup Keuskupan Ruteng.
Bagi Mgr. Antonius, Mgr. Sensi adalah seorang pribadi gembala yang memiliki komitmen yang luar biasa. “Komitmennya pada tugas kegembalaannya mengatasi emosinya!” Meski ia sedang dalam suasana ‘terminal’ (derita, usah, sedih) namun ia tetap setia pada tugas pelayanannya. Ia sanggup mengatasi pelbagai kondisi kesehatannya dan tetap tetap setia jalani tugasnya. Hanya satu niatnya yakni mengabdikan dirinya kepada Yesus secara total dengan menghadirkan Kristus dan mewartakan Firman sampai mati.
Lebih lanjut, Mgr. Antonius memberikan catatan reflektif tentang sosok Sang Gembala, Mgr. Sensi dalam tugas dan perannya di Konferensi Waligeraja Indonesia. “Ia sosok sederhana yang setia pada tugas dan tanggung jawab!”
Bagi Mgr. Antonius, semua aura damai sejahtera, aura kasih kebapakan yang telah ditunjukkan Mgr. Sensi semasa hidupnya merupakan ungkapan sukacitanya karena kedekatannya dengan Tuhan dalam situasi apapun. Dalam derita yang tak tertahankan, ia memancarkan sukacita dan kelegahan rohani.
Di hari-hari terakhirnya, ia seakan memproklamirkan kepada Tuhan Sang Pemilik Kehidupan: Saya sekarang mau pulang ke rumah Bapa. Sakit dan deritaku telah mengantarkan aku semakin dekat dengan Tuhanku dan menjadi hari-hari terindah sebagai saat suci untuk mempersiapkan diri bertemu dengan Tuhan.
Karenanya, benar adanya jika Mgr. Antonius dengan lantang berkata: “Selamat jalan Mgr. Sensi. Doakan kami terus supaya menjadi pribadi-pribadi dan domba yang berkomitmen menghadirkan Kristus dan mewartakan Firman, baik atau tidak baik waktunya!”